Menarikan Cerita IST Festival

Artikel Johanes Jenito

Hujanmusik.id, YOGYAKARTA-Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “festival” dalam dua makna. Yang pertama adalah hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah, sebuah pesta rakyat. Yang makna kedua adalah perlombaan.

Dari kedua makna tersebut, IST Festival yang dihelat Minggu, 19 November 2023 di lapangan parkir Transmart Maguwo Yogyakarta bukanlah ajang lomba-lomba. Ia adalah pesta rakyat skena dengan tiga misi tertentu: kesetaraan gender, penghargaan pada merchandise dan eratnya jaring musisi lintas daerah Jateng-DIY.

FSTVLST, Sang Tuan Rumah dan penampil puncak, beraksi di Panggung Dara Setara. Bila awas pada tampillan banner-nya, rasanya mereka sedang mempersiapkan sesuatu di tahun 2024. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Misi tertentu ini mewujud dalam tiga panggung musik. Mereka adalah Panggung Dara Setara, Panggung Merch Fest dan Panggung Warisan.

Dari Panggung ke Panggung

Panggung Dara Setara sebagai yang terbesar. Ia berdiri megah-mewah di pojok lapangan parkir in-door Transmart Maguwo dengan dua layar besar mengapitnya dan satu layar lain sebagai backdrop. Tata suaranya-pun sungguh mennggelegar dengan padu-padan sorot lampu panggung nan apik.

Wajarlah bila sebagian besar para penampil utama hadir di panggung ini. Dari siang ke malam  beraksi kuartet heavy-rock asal Tegal RTAG, pasukan garage-rock asal Pati Shock Monkey, pengusung rockabilly dari Yogyakarta The Kick, kuintet rock asal Klaten The Jeblogs, penyaji pop manis asal Semarang Soegi Bornean dan para rocker kugiran Yogyakarta FSTVLST/JENNY.


Sirin Farid Stefi menenangkan vokalis Soegi Bornean Fanny Soegiarto, sesaat sebelum lagu duet “Enam Masa” dilantunkan. Fanny tercekat, terkesima dan nampak sulit memulai lagu karena antusiasme penonton padanya. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Agak dekat dengan bibir panggung, terpasanglah layar running-text di langit-langit yang bergantian menampilkan tulisan “Panggung Dara Setara”, “IST FESTIVAL” dan “Supermusic” milik salah satu rokok nasional.

Sekitar lima meter dari bibir panggung terpasang deretan besi pembatas antara penonton dan penampil. Jarak ini diciptakan sebagai ruang aman dan nyaman bagi perempuan untuk berekspresi bebas menikmati musik, saat banyak festival lainnya, entah sadar atau tidak, cenderung abai.


Aksi Women Wall of Death di bawah panggung The Melting Minds jadi manifesto ruang aman-nyaman perempuan tanpa perilaku minor penikmat lainnya. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Hakekatnya Dara Setara adalah sebuah gerakan. Ia dirintis jauh sebelum IST Festival hadir. Berawal dari frasa, digaungkan FSTVLST di beragam acara, hingga menguat jadi aksi nyata.

Mengutip laman @darasetara di media sosial X, tersebutlah 13 Januari 2023 jadi tonggak awal dalam bentuk pentas kecil akrab khusus untuk perempuan. Hebatnya, semua yang terlibat dalam produksi, para talent, pembawa acara, awak media dan penontonnya adalah perempuan.

Berjarak puluhan meter dari Panggung Dara Setara, masih dalam area parkir indoor, berdiri Panggung Warisan yang lebih kecil-intim tiada sekat pembatas apapun, bahkan tanpa iklan rokok. Musisi panggungnya juga lebih kalem.


Rapper asal Klaten Trigga Coca merapal rima panas pendamba chaos dalam dentuman boombox yang menderu-deru. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Kecuali kolektif hip-hop asal Klaten Trigga Coca yang chaotic-membakar, para penampil lainnya tampil dengan syahdu. Mereka adalah kolektif folk beralat musik sape khas Kalimantan Barat dari Surakarta Yusuf and Benny, trio akustik gitar asal Klaten FM Abends, pengusung akustik pop gothic asal Banjarnegara Gardenia dan Nova Ruth Setyaningtyas yang aktivis lingkungan hidup cum pemusik folk.

Di lapangan parkir outdoor berdiri Panggung Merch yang menghadap ke arah matahari terbenam. Jaraknya tak sampai seratus meter dari Panggung Warisan.

Para penyembah distorsi mendominasi panggung ini. Sebutlah Barmy Blokes (Surakarta), Tossing Seeds (Magelang), RFRNDS (Yogyakarta), Louis (Sukoharjo), Syrian (Salatiga) dan unit indie-rock terpanas dari Wonosari Gunung Kidul The Melting Minds.


Gelar pahlawan indie-rock terpanas malam itu jatuh pada 7 pemuda agresif dari Wonosari Gunungkidul: The Melting Minds. Formasi double-drummer dan tiga gitaris penuh distorsi berhasil membakar ratusan anak skena di muka panggung. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Mengingat Bagaimana ini Bermula

Adalah Sirin Farid Stevi bersama para kolega kreatifnya di FSTVLST, Jala Skena dan Liberates Creative Colony yang membidani IST Festival. Konon waktu persiapannya tak banyak. Mengutip laman @ist_festival di media sosial Instagram, tersebutlah publikasi festival baru diluncurkan pada H-11 di 8 November 2023.

Para pegiatnya harus kerja spartan mewujudkan “Almost Rock Barely Art” dalam rupa persatuan seni musik dan seni visual skala pertunjukan. Aksi musik diwadahi lewat tiga panggung. Sementara aksi visual mewujud pada tata cahaya. LED, layar-layar ber-quote edukatif dan pojok mural-grafiti.

Elemen frestival lain yang disiapkan adalah penyediaan makan-minum dan pengelolaan sampah. Makanan-minuman dijual-belikan dalam Pasar Dara Setara dengan kurasi sehat, murah nan halal. Setelah jajan, bungkus-bungkusnya ditampung pada kantong plastik sampah organik dan non organik. Bagi yang tak mau jajan minum, tersedia air mineral isi ulang berbasis tumbler masing-masing. 

Hasilnya, IST Festival sukses. Patut diberi jempol. Jerih payah terbayar sudah.

Klimaks festival adalah penampilan FSTVLST. Mereka menampilkan seluruh repertoar album kedua “II”. Tak cuma itu. Secara mengejutkan FSTVLST kembali menjadi JENNY. Empat lagu dari album “Manifesto” produksi 2009 digeber bersama mantan pemain bass-nya.

Tak ayal, ratusan penggemar garis kerasnya turut melolongkan lirik tiap lagu, bait per bait, bersama-sama, sekencang-kencangnya, yang hampir mengalahkan vibrasi Sang Vokalis. Aksi ini dimbangi dengan puluhan orang meluncur crowd-surfing, baik laiki-laki maupun perempuan.

Tantangan di Lapangan

Tapi, jarak antar-panggung yang dekat seringkali membikin telinga jadi bingung. Bahkan Nova Ruth sempat berkomentar susah fokus memainkan alat musiknya saat The Melting Minds beraksi sepenuh tenaga di waktu yang bersaman.


Berkunjung dan berniaga bersama Pasar Dara Setara di sisi samping panggung pertunjukan. JENITO/HUJANMUSIK.ID

Selain itu puntung rokok dan sampah plastik masih bertebaran disana-sini, padahal himbauan lisan/tulisan banyak disampaikan. Akan baik bila kurasi pemilihan makanan-minuman hanya menijinkan pembungkus dari bahan organik demi nol sampah plastik. Sementara puntung rokok dibasmi oleh relawan pemulung bersenjatakan capit. Atau ada ide lainnya? Silahkan.

Karena sepatutnya gelaran festival tak melulu berorientasi profit tapi juga kepada planet yang kita tinggali dan people generasi anak-skena yang kita cintai.

Mari berfestival!

Previous Post Next Post