Catatan 25 Tahun AMI Awards dan Potret Wajah Musik Indonesia

Artikel Anggitane | 

Hujanmusik.id – Hingar bingar rock masih berkumandang sedemikian kerasnya. Berdiri di samping panggung, tepat sebelah speaker tata suara adalah sebuah kesalahan. Apalagi saat itu sebuah band rock tengah menikmati tantrum dengan karya yang dibawakannya. Kesalahan berikutnya adalah bertanya kabar kepada orang disamping saya. Respon yang didapat tak begitu jelas terdengar, maka senyum dan anggukan hanyalah formalitas. Sosok yang saya sapa itu adalah Mudya Mustamin, jurnalis musik berpengalaman, penyandang sertifikat kompetensi Manajemen Artis BNSP, saat gelaran JogjaROCKarta 2022, Tebing Breksi Yogyakarta, 24 September 2022.

Beruntung, senja yang turun dari ketinggian sedikit meredakan situasi. Seolah memberi pengantar terbitnya percakapan singkat yang lebih dari sekedar formalitas. Tentu saja lengkap dengan senda gurau kisah pengalaman padat asam-garam yang diceritakan. Apalagi suasana perbincangan turut melibatkan dua sosok senior, Denny MR dan Dhani Pette. Dua tokoh senior di balik gemerlap panggung industri musik. Saya pun tak lebih dari penikmat perbincangan, sembari menanti Death Vomit yang dijadwalkan tampil menggerinda kepalan telinga.

Perbincangan singkat yang menata konstruksi pemahaman saya, bahwa Mudya, ditengah kesibukannya menemani Edane masih sempat berjibaku menyiapkan sekelumit materi untuk gelaran AMI Awards. Penghargaan tertinggi di industri musik Indonesia yang diberikan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia untuk mengakui prestasi yang luar biasa musisi Indonesia di setiap tahunnya.

Secara khusus bahkan ia menyebut tengah merampungkan penulisan buku penting terkait 25 Tahun AMI Awards. Pernyataan sekilas yang terjadi di bulan September dengan tenggat Oktober. Seperti tak mungkin, namun belakangan saya ketahui hal itu benar-benar terjadi.

Begitulah jalan ceritanya, pada 13 Oktober kemarin Mudya pada akhirnya benar-benar merampungkan sebuah buku yang berisi potret perjalanan AMI Awards. Buku bertajuk “25 Tahun AMI Awards – Memotret Wajah Musik Indonesia” ini diterbitkan oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia.

Mudya Mustamin dan Chandra Darusman, dua di antara sosok yang berperan terbitnya buku "25 Tahun AMI Awards - Memotret Wajah Musik Indonesia". DOK. MUDYA MUSTAMIN

Bak ‘Proyek Sangkuriang’, Mudya hanya butuh waktu sekitar satu setengah bulan untuk merampungkan buku itu. Sejak mewawancarai para narasumber utama, melakukan riset data nominasi dan penerima penghargaan dari tahun ke tahun, berlanjut penulisan naskah hingga pengolahan tata letak. Semua dilakukan secara cepat.

“Sekitar dua minggu yang tersisa, dikosongkan khusus untuk proses cetak. Saya menargetkan, saat malam puncak AMI Awards digelar pada 13 Oktober 2022, buku ini sudah menghiasi selebrasi tahunan bertabur bintang itu,” beber Mudya yang juga pengasuh media daring khusus musik rock dan metal, Musikeras.com.

Terbitnya buku itu mendapat apresiasi Ketua Umum Yayasan Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards), Candra Darusman. Menurutnya kehadiran buku ini dimaksudkan untuk mensyukuri kerja keras dan prestasi AMI Awards dalam memperjuangkan eksistensinya selama 25 tahun. Sekaligus mendokumentasikan prestasi insan musik, sebagai aset arsip sejarah.

“Semoga buku ini juga bisa memberi manfaat, pencerahan dan pemahaman bagi berbagai kalangan, khususnya di lingkup industri musik Tanah Air tentang visi misi AMI Awards,” jelas Candra Darusman, sebagaimana rilis yang diterima HujanMusik!

Mudya Mustamin lantas menegaskan, masyarakat luas – dan khususnya para praktisi serta pelaku musik – berhak mengetahui dan memahami perjuangan nyata para pendiri dan pengurus dalam mempertahankan eksistensi AMI Awards. Publik perlu tahu di balik gemerlapnya panggung malam puncak acara akbar ini, juga di antara derasnya kritikan dan cibiran yang kerap menyertai.

“Satu yang pasti, buku ini tentunya masih jauh dari sempurna. Tapi momentum 25 tahun menjadi awal yang baik untuk mulai mengumpulkan dan menata kembali serakan serpihan sejarah penting AMI Awards. Semacam kaleidoskop perjalanan seru dari sebuah ajang pemberian penghargaan musik paling bergengsi di Tanah Air,” tegasnya.

Buku “25 Tahun AMI Awards – Memotret Wajah Musik Indonesia” hanya dicetak 100 eksemplar dengan kemasan eksklusif hard cover dan halaman full colour. Memuat daftar nominasi dan pemenang AMI Awards dari 1997 hingga 2021. Beberapa sosok penting yang berbagi kisah dan kesan tentang AMI Awards dalam buku ini, antara lain Titiek Puspa, Tantowi Yahya, Ike Nurjanah, Armand Maulana dan Syaharani.

“Semoga apa yang saya tuangkan di sini cukup mewakili highlight perjalanan AMI Awards yang sangat bersejarah,” harap Mudya Mustamin.

Catatan penting ditulis oleh orang yang penting.

Dibalik rentang perjalanan panjangnya sebagai jurnalis musik bersama HAI, MuMu dan GitarPlus. Juga saat menekuni profesi sebagai manajer D’Cinnamons Band, dan sempat selama lebih dari lima tahun menjadi manajer Cokelat. Sejak 2006, Mudya memang tercatat sebagai salah satu juri tim kategorisasi AMI Awards dan masih aktif  hingga sekarang. 

Previous Post Next Post