‘Lautan Getih’ Debut Series Horor Penyanyi Shafira Veliza

Artikel Anggitane | 

Hujanmusik.id – Peralihan jamak diketahui menjadi riak normal yang melintas antara Mei-Juni hingga Agustus. Terjadi pada setiap makhluk penghirup embun dan penikmat cahaya tenggelam. Semua makhluk akan beradaptasi dan mencari bentuk ego pun alterego yang diinginkan. Penghuni daratan tropis mengenalnya peralihan hujan kepada kemarau. Bisa jadi sebaliknya.

Dalam kehidupan nyata peralihan tak semata kisah-kisah berlawanan ataupun berseberangan. Banyak hal justru muncul layaknya bilur keseimbangan yang saling melengkapi. Seperti percampuran musik dan karya visual. Dari sensor pendengaran menuju binar visual yang meyakinkan.

Konkritnya, musik dan film menjadi dekat, tak semata sebagai atmosfer penebal suasana, penanda genre ataupun respon adegan. Banyak pelaku musik yang berperan sebagai pemain film. Pun sebaliknya.

Seperti Shafira Veliza, nama yang dikenal karena debutnya bersama “Memori Tentangmu” dan “Inilah Akhirnya”. Memilih jalan peralihan yang menantang, sejak merambah sebagai model, penyanyi dan kini menekuni karya film.


Shafira Veliza, penyanyi solo asal Malang merilis film horor "Lautan Getih". Dok. Shafira Veliza


Sukses menandai identitas pop dalam karya perdana kemunculannya, penyanyi Shafira Veliza tampak berminat serius meneruskan bakatnya dalam urusan seni peran, khususnya film. Keseriusan ini terlihat nyata saat gala premiere film horor series besutannya berjudul “Lautan Gatih”.

Penyanyi asal Malang yang menciptakan sendiri dua single-nya itu memilih kanal Youtube sebagai ruang ekspresi.

“Aku mencoba ke film karena film musikal jadi target cita-cita keinginku, tapi itu jangka panjang. Tapi aku juga ingin mengekspresikan sebuah cerita,” ujar Shafira kepada HujanMusik!, Jumat 19 Mei 2023.

Fira, demikian ia ingin disapa, menuturkan bahwa single lagunya berjudul “Memory Tentangmu” menyimpan kisah nyata. Kisah seseorang yang kehilangan arah hidup karena ditinggal usia muda. Kisah getir yang ia rasakan, dan coba dijiwainya dengan mencari inspirasi untuk penyampaian cerita secara visual.

Momentum inilah yang memantik Fira untuk melanjutkan berbagai upayanya dalam bentuk film. Bukan semata visualisasi lagu, namun penjiwaan karakter seni menjadi diri yang lain. Akting!

“Ya…off air juga ke beberapa tempat, jalanin masa promo, nulis skrip judul baru, tapi sekarang aku lagi kepingin menuangkan skrip ke visual film,” ungkapnya.

Sebelumnya Sharifa bersama Red Sky Entertaintment sempat merilis short movie berjudul “Start Over”, Februari 2022 lalu.

“Lautan Getih” merupakan debut film perdananya bergenre horor. Film series tersebut akan ditayangkan perdana di kanal Youtube Firsha TV Official pada tanggal 20 Mei 2023. Gala Premiere sendiri dihelat di gedung Galaxy Bogor pada Selasa 16 Mei 2023 kemarin, dihadiri remaja dan para penyuka tayangan horor.

‘Getih’ berasal dari bahasa Jawa yang berarti darah. Film ini menceritakan 3 orang jurnalis yang datang ke suatu tempat. Dan mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ayah yang membunuh anaknya, lantas darahnya dijadikan tinta untuk melukis.

Bermula 3 jurnalis muda yang ditugaskan keluar kota untuk meliput 1 berita dan mereka tinggal di suatu rumah sewa. Rumah itulah yang menjadi rumah lokasi pembunuhan satu keluarga yang terdiri dari anak dan istri sang pelukis.

“Tapi rumah itu di renov menjadi sedemikian rupa baik sehingga dibuatlah menjadi rumah sewa aja. Awal mula terungkapnya kisah pembunuhan itu ya dari tiga jurnalis muda ini,” tambah Shafira.

“Lautan Getih” turut juga menampilkan koleganya, yakni Ayu Selfia, Karin Ervina, dan Nanad.

Shafira dalam film ini menampilkan dirinya sebagai sebagai Maudy, sedangkan Ayu Selvia sebagai Aleta, Karin Ervina sebagai Karina dan Nanad sebagai Chika, gadis kecil yang berakting sebagai arwah.

Sebagai kreator, Shafira memilih film genre horor karena menarik dan tertantang. Memberinya dorongan sebagai penulis yang mempunyai keinginan merealisasikan tulisannya itu dalam film.

“Dengan film ini pengen nya sesama penulis ya, ingin berbagi. Karena aku nulis skrip sendiri. Sama mereka penulis yang ingin bikin film, tetapi terbengkalai karena tidak bisa produksi, tidak dapat tayang, tidak bisa masuk ke platfrom,” ungkapnya.

Pilihan Shafira memproduksi film di Youtube dan bukan bioskop, semata-mata untuk mendorong para kreator lain yang memiliki bakat serupa, mau memproduksi film dan mengenalkan karyanya kepada khalayak luas.

“Banyak kreator-kreator muda yang memang punya kualitas produksi baik, cuma karena terpatok harus tayang di platform atau di bioskop, jadinya mereka enggak bisa berkembang, ” cetusnya.

Pendeknya, agar tak melulu mengandalkan kesempatan kerjasama dari platfrom atau bioskop yang menanyangkan, tetapi memproduksi dengan anggaran dana yang terbatas namun menghasilkan kualitas yang baik.

Banyak yang berpikir produksi tayangan di Youtube bisa dilakukan cukup dengan gear alakadarnya. Standar kreator yang menempatkan keterbatasan sebagai jalan kreatifitas sekenanya. Shafira tidak mau menjadi bagian dari itu

“Kita bikin film tayang yang benar-benar film, kita pakai kamera film, soundnya untuk film. Jadi pembuatan film ini standarnya sama dengan standar film layar lebar bioskop. Kamera dan efeknya pun sama. Saya ingin mengubah menunjukan karya film di Youtube pun bisa,” pungkasnya.

Previous Post Next Post