Artikel Sekar Puspitasari |
Hujanmusik.id - Sebuah lagu bertajuk “Denganmu” milik Risyad Alditio berlabuh di semesta kala saya tengah berkontemplasi seraya memerhatikan kilatan cahaya kemuning yang menerangi sudut ruangan pada pagi menjelang siang hari. Sinarnya mengendap, menyelimuti rerumputan dan pohon melati di depan jendela kamar.
Langit yang berawan, angin yang bertiup kencang, dan meski matahari bersinar cukup terang dan terlihat angkasa biru di balik timbunan awan, saya tak bisa mengatakan bahwa itu pagi yang cerah. Masih terasa jejak mendung peninggalan hujan semalam.
Kendati demikian, pagi itu pun tak bisa disebut pagi yang mendung.
Sejujurnya, alam pagi hari itu cukup mewakili apa yang saya rasakan bahwa kita hidup dalam kuasa pikiran yang tak pernah dibiarkan berhenti. Tak henti-hentinya tertarik ke masa lalu dan terdorong ke masa depan.
Kita seolah mengenakan sepasang sepatu salah ukuran yang bukan hanya membuat kita berjalan tak nyaman. Sebab dalam sebuah pencarian untuk mendapatkan sepatu yang tepat dan nyaman berarti kita ikut berserah diri supaya bisa menikmati segala sensasi denyut juga mempersiapkan diri untuk mengembangkan layar lalu menyeberang melintas semesta kehidupan demi menjemput belahan jiwa yang terjangkar di darmaga sana.
Jika menemukan cinta bisa dianalogikan dengan sepatu, mungkin kita akan kebingungan di penjelajahan mencari cinta tersebut. Sebab memakai sepatu nyaman bertungkai rendahlah yang terpilih saat itu, ketika pemilikmya letih tak peduli sepatu itu telah terkoyak atau terkena noda lumpur.
Namun, ketika ingin menghadapi dunia, dia tak mungkin memilih sepatu itu. Akan dipakainya sepatu mentereng yang memang diperuntukkan sebagai pendampingnya. Dunia menuntut demikian. Sekalipun tidak nyaman, tapi itu kewajiban. Lalu sama halnya kah ketika kita menemukan pasangan hidup? Kita tak mungkin bisa mengganti pasangan semau kita seperti saat mengganti sepatu.
Karenanya, yang bisa kita lakukan adalah berusaha gigih untuk mencari sampai tiba waktunya gelombang itu datang dalam luapan ekstase yang menggelegak hingga rasa haru yang singgah tak dapat lagi kita cegah ketika menemukan orang yang tepat.
Perputaran pencarian-pertemuan-pembauran membuat seorang Risyad Alditio mengemas musiknya dalam lagu “Denganmu” di bawah naungan nada Jazz-Pop. Ia pun bercerita dalam rilisnya jika ia terinspirasi mencipta lagunya tersebut dari seseorang yang telah lama mengejar cinta, dan telah berusaha keras untuk mendapatkan cinta sejatinya. Sebab itu pula, lagunya pun ditujukan bagi para pejuang hati yang ingin mengekspresikan rasa kasmaran dan tak patah semangat dalam mengejar cinta.
Risyad Alditio, solois asal Jakarta kembali merilis single keempatnya, 'Denganmu'. DOK. RISYAD ALDITIO
Hidup adalah gerakan antistatis dan kita dapat menyaksikan bagaimana bentangan sejarah tersarikan dalam ayunan sederhana sebuah bandul. Tidakkah pernah terlintas kalau alam dan manusia juga hasil proyeksi dari ‘Sesuatu’? Dan sebuah ‘mini’ semesta pun termanifestasi dalam setiap pikiran ketika seseorang mulai mampu memaknai citraan dirinya sendiri.
Berdasarkan citra itulah Risyad Alditio yang merupakan seorang musisi asal Jakarta, dibesarkan oleh keluarga yang juga gemar bermusik dan sangat terpengaruh oleh lagu-lagu lama oldies-evergreen-love.
Sejak awal ia telah diperkenalkan beragam musik yang kemudian membawanya untuk berkarier di bidang musik.
Single “Denganmu” adalah single ke-empat Risyad dimana keseluruhan lagunya bernuansa Jazzy-Pop yang akan mengingatkan dan membawa pendengar ke dunia imaji era Evergreen-Love macam Santa Esmeralda, Kansas, atau The Manhattans.
Keseluruhan lagu yang dibuatnya masih dalam naungan citra cinta. Lagu “Denganmu” pun tak jauh berbeda, dimana lagu ini bercerita tentang perjuangan mengejar cinta, yang telah lama dicitakan dan diusahakan, situasi yang tidak berpihak tidak mematahkan semangat untuk terus berusaha mengejar cinta. Lewat lagu ini diharapkan pendengar dapat merasakan ekspresi betapa inginnya memiliki cinta yang didambakan.
Akhirnya saya mendapatkan sebuah ‘pesan’. Terlepas dari kepercayaan kita pada cinta baik secara personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita.
Dan barangkali demikian pula halnya dengan rangkaian keajaiban dalam hidup ini. Sering kita berjalan mengikuti arus tanpa sempat lagi mengamati keindahan-keindahan besar yang tersembunyi dalam hal-hal kecil yang kita lewati. Kita menanti perbuatan-perbuatan mulia yang tampak megah dan melupakan bahwa dalam setiap tapak langkah ada banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna.
Dan cinta telah menjadi akselerator kehidupan. Bukan untuk memperlama denyut jantung, tapi mengajarkan kita bahwa hidup itu amat berharga dan selalu kaya makna.
Kegigihan dalam perjuangan cinta ala Risyad menjadikannya sebuah makna pertemuan dua gerbang yang harus diterabas batasnya agar jiwa kita bebas seutuhnya. Karena kitalah abdi-abdi cinta, mengalir dalam arusnya hingga dua langit bertemu dalam dua cakrawala sampai malam mengetuk dan membias bintang sebagai penanda pertemuan – “Denganmu”.
Artikel oleh Sekar Puspitasari